Yogyakarta
memang pantas disebut sebagai kota Budaya. Hampir setiap hari berbagai event dan
acara budaya tradisional dan kontemporer terus digelar di berbagai sisi kota dan
desa. Penyelenggara tidak hanya oleh masyarakat umum, swasta, kelompok, pribadi,
instansi pemerintah, namun juga kolaborasi di antara mereka. Acara kolaborasi
budaya yang cukup membuat warna budaya Yogyakarta adalah acara Sabdatama dan
Yogya Semesta.
Acara Sabdatama adalah sebuah
acara Dialog Interaktif Budaya yang ditayangkan di Jogja TV setiap hari Senin
Pon, malam Selasa Wage menurut penanggalan Jawa. Acara ini digelar perdana pada
6 Maret 2005 dan sampai sekarang sudah berlangsung kurang lebih 4 tahun atau
sudah memasuki episode ke-39. Acara Sabdatama sebenarnya merupakan media
pengabdian sang raja kepada rakyat dan masyarakat. Berbagai topik berkaitan
dengan sosial budaya diangkat dan didiskusikan. Banyak tokoh budayawan yang ikut
urun rembug
dalam
acara tersebut. Demikian pula masyarakat diberi peran aktif untuk ikut
menyumbangkan pikirannya.
Begitu pula acara Yogya Semesta
juga mengupas masalah-masalah budaya, seperti aktualisasi makna Babad Giyanti,
nilai-nilai Pancasila, filosofi kepemimpinan Jawa, aktualisasi api semangat
Kartini, dan sebagainya. Acara ini mulai digelar sejak 17 April 2007 dan
dilaksanakan setiap hari Selasa Wage atau malam Rabu Kliwon. Hingga saat ini
acara Yogya Semesta yang dipadu dengan Gelar Seni sudah memasuki episode ke-18
dan bertempat di Bangsal Kepatihan Propinsi DIY. Acara ini pun bisa terlaksana
berkat kerjasama berbagai pihak, seperti Dinas Kebudayaan Propinsi, Badan
Pariwisata, Bank BPD DIY dan masyarakat umum. Yang jelas, acara Yogya Semesta
juga banyak melibatkan budayawan, akademisi, praktisi, abdi dalem, dan seabreg
profesi lainnya.
Keterlibatan berbagai pihak
untuk memajukan budaya di
Yogyakarta
tersebut ternyata sangat diapresiasi oleh pihak Kraton Yogyakarta. Beberapa hari
yang lalu pihak Kraton Yogyakarta, melalui Sri Sultan Hamengkubuwana X yang
sekaligus Gubernur DIY memberikan penghargaan kepada narasumber dan pendukung
kedua acara yaitu Sabdatama dan Yogya Semesta. Penghargaan tersebut diterimakan
kepada 175 orang yang terbagi dalam 15 kelompok, di antaranya adalah kelompok
khusus (tokoh yang sudah meninggal), kelompok kyai, kelompok akademisi, kelompok
abdi dalem, dan sebagainya. Acara penghargaan berlangsung di Dalem Wiranegaran,
Panembahan, Kraton Yogyakarta pada hari Kamis, 5 Februari 2009 yang lalu.
Sri Sultan sendiri yang
langsung memberikan penghargaan kepada para narasumber dan pendukung kedua
acara, antara lain berupa surat kekancingan (surat penghargaan) dan souvenir.
Dalam sambutannya, Sri Sultan mengatakan bahwa kegiatan Sabdatama dan Yogya
Semesta diharapkan dapat
menggali,
mengkaji, dan merevitalisasi budaya Yogya yang bermatra semesta. Lebih lanjut
beliau juga berharap bahwa program yang sudah berjalan ini tidak hanya
menginspirasi pada konsep pemberdayaan, tetapi juga menginternalisasi sampai
pada tataran kebijakan publik sehingga dapat mendorong perubahan perilaku
masyarakat ke arah yang lebih baik.
Acara ini juga disemarakkan
dengan beberapa pentas seni budaya, seperti tari Bedhaya Sang Amurwabhumi karya
HB X yang berdurasi sekitar 30 menit. Tari ini dibawakan oleh 9 penari Kraton,
termasuk dari penari generasi tua. Seni tradisi lain yang ikut tampil adalah
Tari Cangik yang dibawakan oleh 7 penari muda dengan durasi sekitar 7 menit.
Tarian Cangik ini menggambarkan wanita yang sangat energik dan genit dengan
gerakan-gerakan lincah, lebih cenderung humor. Dilanjutkan dengan konser musik
dan tari Bhineka Tunggal Ika dari SMN dan SMKI Bugisan yang menampilkan beberapa
jenis lagu dolanan dan tarian nusantara, seperti lagu suwe ora jamu,
gundhul-gundhul pacul, tarian dari daerah Maluku, Aceh, Bali, Aceh, dan Irian.
Acara Penghargaan malam itu ditutup dengan lagu Bagimu Negeri bersama-sama.
Teks dan foto : Suwandi
0 komentar:
Posting Komentar