Jawa
 Barat memiliki potensi pariwisata yang begitu beragam, baik dari sisi 
produk wisata maupun pasar wisatawan. Dengan alam dan budaya yang 
dimiliki, Jawa Barat menawarkan berbagai daya tarik wisata. Potensi 
pasar wisatawan Jawa Barat juga tidak kalah besarnya. Kedekatan Jawa 
Barat dengan provinsi-provinsi berpenduduk banyak dan sudah berkembang 
menjadikan Jawa Barat kaya akan sumber pasar wisatawan.
Produk
 wisata Jawa Barat memiliki keragaman, baik daya tarik wisata maupun 
fasilitas penunjang yang didukung jaringan transportasi dan 
infrastruktur yang terus berkembang sehingga mempermudah aksesibilitas 
dan kenyamanan dalam berwisata.
Daya tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat tangible (berwujud), seperti daya tarik wisata gunung, rimba, laut, pantai, sungai (GURILAPS) dan museum. Yang bersifat intangible (tidak terwujud), seperti sejarah, seni, budaya masyarakat tradisional, maupun events (peristiwa pariwisata).

Kebudayaan
 Jawa Barat lainnya yang muncul di masyarakat adalah alat musik 
tradisional yang sebagian besar terbuat dari kayu dan bambu, seperti 
angklung, pertunjukan kesenian khas Jawa Barat seperti celempungan, 
upacara pertanian Nyi Pohaci Sanghyang Sri, ujungan, wayang golek, 
wayang beber, dan wayang kulit. Kerajinan-kerajinan khas Jawa Barat yang
 sudah dikenal sejak jaman kerajaan bahkan zaman pra sejarah, seperti 
kerajinan anyaman yang saat ini masih berkembang di Tasikmalaya, gerabah
 di Purwakarta, batik di Garut dan Cirebon, merupakan warisan budaya 
yang bernilai tinggi bagi Jawa Barat.
Jawa Barat juga kaya akan event-event pariwisata yang diselenggarakan di beberapa Kabupaten/Kota setiap tahun, bagi yang termasuk dalam core-event maupun supporting event. Hari
 jadi kabupaten/kota pada umumnya diselenggarakan setiap tahun di daerah
 masing-masing yang dimeriahkan oleh pawai, yang dikenal dengan nama 
pawai alegoris.
Event-event
 lainnya yang juga dilaksanakan secara besar-besaran adalah peristiwa 
peringatan hari-hari besar keagamaan, seperti Muludan (Panjang Jimat) 
dan Rajaban di Cirebon. Upacara-upacara adat yang terkait dengan mata 
pencaharian penduduk, seperti Pesta Laut//Nadran di Cirebon, Indramayu, 
Tasikmalaya, dan Karawang. Upacara Ngarot di Indramayu adalah merupakan 
upacara memberi air pada sawah yang dilanda kekeringan. Festival 
Internasional Layang-layang yang diselenggarakan di Pantai Pangandaran 
merupakan event yang cukup besar dan sangat menarik wisatawan nusantara 
maupun mancanegara. Keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Jawa Barat
 ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan pariwisata yang 
bercirikan lokal, yang dapat memperkuat citra pariwisata Jawa Barat.
Sejarah
 tidak hanya mencakup budaya dan proses perkembangan suatu masyarakat, 
tetapi juga termasuk sejarah pembentukan alam. Sejarah alam Jawa Barat 
yang dimulai bersamaan dengan terbentuknya Paparan Sunda pada zaman 
Plestosen (sekitar 3 -10 juta tahun yang lalu) menjadikan jawa Barat 
kaya akan fosil-fosil hewan purba yang ditemukan di beberapa 
jalur yang dilalui hewan purba untuk bermigrasi akibat peristiwa alam 
yang terjadi. Beberapa fosil hewan purba yang sudah ditemukan di Jawa 
Barat terdapat di Kota Bekasi (fosil tanduk kepala kerbau) dan Kabupaten
 Ciamis (fosil rahang dan tulang kaki stegodon, fosil taring kuda nil, 
fosil tulang kaki banteng).
Sejarah
 alam lainnya yang juga penting bagi Jawa Barat adalah terbentuknya 
Danau Bandung akibat letusan Gunung Tangkuban Perahu sekitar 125.000 
tahun yang lalu, serta munculnya dataran-dataran tinggi dan rendah di 
Jawa Barat yang dimulai pada akhir zaman Miosen dan berakhir pada zaman 
Pliosen. Sejarah alam inilah yang membentuk kondisi fisik alam Jawa 
Barat pada saat ini.
Sejarah
 budaya Jawa Barat tidak kalah menariknya dengan sejarah alam, walaupun 
pembabakan sejarah budaya Jawa Barat masih terus diteliti lebih lanjut, 
terkait dengan penemuan arkeologis dalam lima tahun belakangan ini, 
seperti Candi Jiwa di Karawang dan Candi Bojong Menje di Kabupaten 
Bandung (Rancaekek), yang berumur lebih tua daripada Candi Borobudur.
Sejarah
 budaya Jawa Barat yang dimulai sejak masa prasejarah, 2 juta hingga 
2000 juta tahun yang lalu, menjadi daya tarik budaya yang khas, dengan 
ditemukannya fosil pithecanthropus erectus beserta peralatan 
hidup nomadennya berupa kapak perimbas di Tasikmalaya dan Ciamis. 
Peninggalan sejarah budaya Jawa Barat lainnya yang menunjukkan 
perkembangan dari pola hidup nomaden menjadi pola hidup menetap adalah 
kubur peti batu di Kuningan serta punden berundak situs Gunung Padang di
 Cianjur.
Peninggalan
 masa sejarah Jawa Barat yang menunjukkan pengaruh Hindu dan Budha yang 
begitu kuat pada masa itu juga merupakan hal yang sangat menarik. 
Ditemukannya naskah kuno Carita Parahyangan yang menyebutkan berdirinya 
Kerajaan Tarumanegara di sebelah barat Sungai Citarum pada tahun 358 M, 
Prasasti Sanghyang Tapak di Cibadak (Sukabumi), menjadi bukti sejarah 
kerajaan-kerajaan Jawa Barat. Bukti lainnya yang memperkuat sejarah 
kerajaan di Jawa Barat adalah Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, 
Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Pasir Jambu.
Sejarah
 penyebaran agama Islam di Jawa Barat juga meninggalkan buku buku yang 
sampai kini masih dipertahankan keberadaannya, seperti bangunan dan 
kehidupan keraton maupun ragam hias, dan ornamen flora yang menjadi ciri
 khas seni bangunan Jawa Barat. Keraton-keraton yang merupakan pusat 
pemerintahan pada masa penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Sampai saat
 ini yang masih memiliki pengaruh cukup kuat di masyarakat adalah 
Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan di Cirebon.
Penggunaan
 ragam hias seperti sulur, tumpal, dan kepala ayam jantan pada wuwungan 
atau bubungan atap pada bangunan-bangunan baru, selain menunjukkan ciri 
khas seni bangunan Jawa Barat, juga diyakini sebagai penolak bala. 
Ornamen lainnya yang hingga kini masih digunakan adalah “momolo”, yaitu 
ornamen yang digunakan pada puncak atap bangunan mesjid dan keraton. 
Momolo merupakan peninggalan pengaruh Hindu pada masa penyebaran islam 
di Jawa Barat. Momolo diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa 
dalam cerita Hindu.
Masa
 perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia juga meninggalkan beberapa 
bukti sejarah di Jawa Barat di Rengasdengklok, Karawang, sebagai salah 
satu pangkal perjuangan kemerdekaan, terdapat tempat “disembunyikan” 
sementara dua tokoh pemimpin pejuang kemerdekaan Soekarno dan Hatta 
menjelang disusunnya naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 
di Jakarta. Tempat berlangsungnya Perundingan Linggarjati antara 
Indonesia dan Belanda pada tahun 1947 dijadikan museum di Kuningan.
Gedung
 Merdeka, tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, 
saat ini menjadi salah satu museum di Kota Bandung. Peristiwa “Bandung 
Lautan Api” yang merupakan peristiwa pembakaran daerah (bumi hangus) 
Bandung Selatan oleh pejuang-pejuang Jawa Barat karena tidak rela daerah
 mereka diduduki oleh penjajah juga menjadi daya tarik sejarah Jawa 
Barat.
Kekayaan
 sejarah Jawa Barat beserta peninggalannya yang begitu beragam dan khas 
merupakan potensi yang besar bagi pariwisata Jawa Barat. Pengemasan 
cerita sejarah melalui interpretasi yang baik dan menarik dapat 
meningkatkan nilai tambah daya tarik wisata sejarah Jawa Barat dan tentu
 saja merupakan potensi untuk menjaring wisatawan dalam jumlah yang 
lebih banyak.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar