Hutan Wisata Mangli
Gunung Andong merupakan salah satu dari gelang raksasa
gunung-gunung yang melingkari Magelang. Berdampingan dengan gunung
Telomoyo, gunung ini berada di perbatasan wilayah Salatiga, Semarang,
dan Magelang. Meskipun ketinggiannya hanya sekitar 1400-an meter dari
permukaan laut dan jauh di bawah gunung Merapi, Merbabu ataupun Sumbing,
akan tetapi kesejukan dan kesegaran udara di semua gunung tidaklah jauh
berbeda. Dengan demikian jika sampeyan ingin sekedar ngadem, mengheningkan hati dan menjernihkan pikiran, monggo datang di lereng gunung Andong. Satu tujuan wisata alam pegunungan yang dapat disinggahi adalah Hutan Wisata Mangli.
Hutan
Mangli tidak terlalu jauh dari akses utama jalan Jogja-Semarang. Sedikit
ke arah utara dari Secang akan kita jumpai pertigaan Krincing. Ada plang
besar penunjuk arah menuju Grabag. Silakan ambil kanan terus lurus
hingga sampai di sekitar Pasar Grabag. Tepat perempatan di depan pasar,
ambil arah lurus ke arah timur melewati wilayah desa Ngasinan. Memasuki
wilayah Kecamatan Ngablak, akan kita jumpai sebuah plang arah kiri
menuju Mangli. Ikuti jalan aspal yang semakin menanjak dengan kemiringan
di atas 30 derajat.
Jalan
sunyi nan lengang akan menemani perjalanan yang sungguh hikmat dan
hening. Di kanan kiri jalan terdapat gerumbulan perdu dan rumpun tanaman
cengkeh, sebuah komoditas sisa kejayaan masa kolonial yang masih
bertahan. Beraneka rupa rumpun bambu juga rapi memagari kanan dan kiri
jalan dengan beragam jenis, mulai bambu petung, apus, legi, wulung hingga ampel. Di beberapa bagian terasiring banyak dimafaatkan warga untuk menanam komoditas sayuran seperti kubis, wortel, kacang panjang, terong, hingga lombok dan jetsin.
Setelah
kurang lebih 3 km menelusuri jalanan menanjak, kita akan segera memasuki
rimbunan hutan pinus dengan pucuk-pucuknya yang menjulang tinggi seakan
nantang langit. Tanjakan demi tanjakan yang curam, dan
licinnya jalan beraspal yang sedikit basah ditumbuhi tumbuhan lumut,
menuntut pengendara kendaraan harus ekstra berhati-hati agar tidak nemu ciloko. Sikap waspada dalam berkendara menjadikan seseorang yang baru pertama menempuh jalur ini sedikit dag-dig-dug.
Namun justru hal itu sekaligus bisa memacu adrenalin dan jiwa
kepetualangan kita. Kendaraan yang prima menjadi prasyarat untuk
mencapai keselamatan, sluman-slumun dan slamet hingga di tujuan.
Akhirnya kita akan menemukan sebuah titik luasan hutan yang di depannya berdiri gagah sebuah gapuro
bertuliskan Hutan Wisata Mangli, tepat di sebelah kiri tanjakan yang
memasuki dusun Mangli. Wanawisata ini masih tergolong sepi pengunjung
dan belum terpromosikan dengan luas. Sayapun termasuk hanya
untung-untungan menemukan obyek wisata ini, karena sebenarnya tujuan
saya menelusuri daerah ini sekedar ingin menapak tilas Almarhum Mbah
Mangli, tokoh kiai kharismatik yang di masa bocah sempat saya dengar
cerita ”kesaktiannya” karena ia sosok ulama yang sangat alim dan
tawadlu.
Hutan
Mangli secara administrasi pengelolaan hutan berada di bawah tanggung
jawab RPH Pager Gunung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Ambarawa yang
merupakan salah satu BKPH di wilayah KPH Kedu Utara. Meskipun aslinya
termasuk hutan alam hujan tropis, akan tetapi vegetasi pepohonan utama
yang ada di hutan Mangli adalah tanaman pinus. Konon sebagaimana gunung
yang lain, termasuk Merapi, dulunya pemerintah Kolonialah yang membawa
dan menanam benih pohon pinus hingga berkembang biak meluas hingga
sekarang.
Memasuki
pelataran gapura, pengunjung akan disuguhi pemandangan hamparan hutan
pinus yang menghijau di sepanjang lembah dan ngarai sungai yang mengalir
tepat di pintu masuk gapura. Penjaga gardu masuk akan dengan ramah dan semanak
menyambut kedatangan kita. Harga tiket masuk tergolong terjangkau bagi
petualang alam, karena hanya dibandrol Rp. 5.000,00. Fasilitas parkir
roda dua tersedia dengan sangat memadai, demikian dengan kamar mandi
atau toilet.
Beberapa titik petualangan yang dapat kita kunjungi di dalam hutan wisata ini adalah kretek bambu dengan aliran sungai dan beberapa curug
rendah di bawahnya, kawasan bumi perkemahan, dan situs makam Kiai Syech
Abdullah Fakil atau yang lebih dikenal sebagai Kiai Jaka Pekik.
Melengkapi kesejukan desahan daun pinus, terdapat beberapa wahanan
mainan anak yang telah ditambahkan seperti flying fox, ayunan, plorodan,
hingga ban halang rintah. Tidak perlu khawatir tersesat, karena di
beberapa titik terdapat papan peta dan petunjuk arah navigasi yang
sangat jelas.
Gapura merupakan titik awal petualangan. Memasuki gapura kita langsung menuruni undakan tanah hingga sampai di atas sebuah jembatan bambu yang membentang perkasa di atas sebuah sungai. Kemricik
dan kejernihan bening air sungai mengundang setiap pengunjung untuk
turun ke dasar sungai sekedar merendam kaki, ataupun cuci muka. Bahkan
bila sampeyan berkenan dapat meminum langsung air suci yang
pastinya masih sangat steril. Di sela-sela bebatuan yang tertebar di
sepanjang sungai, terdapat beberapa curug yang menimbulkan bunyi gemericik nan asyik dari air yang turun dari celah batu gunung.
Melintasi
jembatan, kita dipandu menyusuri jalan setapak yang nampak sangat bersih
namun sedikit licin karena ditumbuhi lumut hijau. Di sisi kiri jalan
tersebut terdapat taman bermain anak yang bisa memanjakan anak atau
adik-adik kita. Lurus ke depan sampailah pada sebuah pertigaan yang akan
menawarkan pilihan bagi kita untuk terus lurus menuju bumi perkemahan
atau ke arah kanan menuju makam Kiai Jaka Pekik.
Bumi
perkemahan Mangli terhampar luas di pelataran lembah yang terlindung
sejuk di sela-sela batang pohon pinus yang tegak perkasa. Di sisi
pelataran mengarah ke atas, dataran terasiring melingkar rapi
bertingkat-tingkat yang sering digunakan para peserta kemah mendirikan
tendanya. Kawasan perkemahan yang cukup luas ini dilengkapi dengan
fasilitas MCK yang sangat terawat dan terjaga kebersihannya. Hal ini
menjadikan bumi perkemahan ini sangat menarik untuk dijadikan base camp
dalam petualangan menjelajahi kawasan hutan Mangli. Pada kesempatan
kunjungan saya ke Mangli ini, nampak sedang diselenggarakan acara Green Camp 2012 oleh Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia dan Kelompok Pecinta Alam se-Indonesia selama 14-15 Januari 2012.
Melengkapi
petualan alam di tengah hutan pinus, kita juga disuguhi ”wisata mistik”
dengan mengunjungi makam Kiai Jaka Pekik. Jalan setapak di sela
gerumbulan perdu akan mengantar pengunjung ke sebuah celah jurang yang
semakin menanjak. Meskipun jalan menanjak, namun dingin hawa kesejukan
dan semilir angin tidak akan menjadikan kita cepat lelah. Ketakjuban
kita akan ciptaan Yang Maha Karya akan ditambah dengan sentuhan
gemericik air yang banyak muncul di beberapa titik mata air. Bahkan ada
mata air yang sengaja dipasang pancuran untuk sekedar kita mampir ngombe atau kekecehan. Situs makam Kiai Jaka Pekik memang sebuah misteriusme tersendiri bagi pengunjung. Kurang jelas di titik manakah keberadaan pesarean
tersebut, karena hingga mendaki di ketinggian lereng saya tidak dapat
menemukan sekedar batu nisan atau pertanda sebuah tanah makam.
Sampeyan belum pernah ke Hutan Wisata Mangli? Monggo pinarak dan selamat menikmati kesejatian alam yang masih sangat alamiah.
0 komentar:
Posting Komentar