Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Hutan Wisata Mangli

  • Sabtu, 21 April 2012
  • ygw-gila
  • Hutan Wisata Mangli


    Gunung Andong merupakan salah satu dari gelang raksasa gunung-gunung yang melingkari Magelang. Berdampingan dengan gunung Telomoyo, gunung ini berada di perbatasan wilayah Salatiga, Semarang, dan Magelang. Meskipun ketinggiannya hanya sekitar 1400-an meter dari permukaan laut dan jauh di bawah gunung Merapi, Merbabu ataupun Sumbing, akan tetapi kesejukan dan kesegaran udara di semua gunung tidaklah jauh berbeda. Dengan demikian jika sampeyan ingin sekedar ngadem, mengheningkan hati dan menjernihkan pikiran, monggo datang di lereng gunung Andong. Satu tujuan wisata alam pegunungan yang dapat disinggahi adalah Hutan Wisata Mangli.
    Hutan Mangli tidak terlalu jauh dari akses utama jalan Jogja-Semarang. Sedikit ke arah utara dari Secang akan kita jumpai pertigaan Krincing. Ada plang besar penunjuk arah menuju Grabag. Silakan ambil kanan terus lurus hingga sampai di sekitar Pasar Grabag. Tepat perempatan di depan pasar, ambil arah lurus ke arah timur melewati wilayah desa Ngasinan. Memasuki wilayah Kecamatan Ngablak, akan kita jumpai sebuah plang arah kiri menuju Mangli. Ikuti jalan aspal yang semakin menanjak dengan kemiringan di atas 30 derajat.
    Jalan sunyi nan lengang akan menemani perjalanan yang sungguh hikmat dan hening. Di kanan kiri jalan terdapat gerumbulan perdu dan rumpun tanaman cengkeh, sebuah komoditas sisa kejayaan masa kolonial yang masih bertahan. Beraneka rupa rumpun bambu juga rapi memagari kanan dan kiri jalan dengan beragam jenis, mulai bambu petung, apus, legi, wulung hingga ampel. Di beberapa bagian terasiring banyak dimafaatkan warga untuk menanam komoditas sayuran seperti kubis, wortel, kacang panjang, terong, hingga lombok dan jetsin.
    Setelah kurang lebih 3 km menelusuri jalanan menanjak, kita akan segera memasuki rimbunan hutan pinus dengan pucuk-pucuknya yang menjulang tinggi seakan nantang langit. Tanjakan demi tanjakan yang curam, dan licinnya jalan beraspal yang sedikit basah ditumbuhi tumbuhan lumut, menuntut pengendara kendaraan harus ekstra berhati-hati agar tidak nemu ciloko. Sikap waspada dalam berkendara menjadikan seseorang yang baru pertama menempuh jalur ini sedikit dag-dig-dug. Namun justru hal itu sekaligus bisa memacu adrenalin dan jiwa kepetualangan kita. Kendaraan yang prima menjadi prasyarat untuk mencapai keselamatan, sluman-slumun dan slamet hingga di tujuan.
    Akhirnya kita akan menemukan sebuah titik luasan hutan yang di depannya berdiri gagah sebuah gapuro bertuliskan Hutan Wisata Mangli, tepat di sebelah kiri tanjakan yang memasuki dusun Mangli. Wanawisata ini masih tergolong sepi pengunjung dan belum terpromosikan dengan luas. Sayapun termasuk hanya untung-untungan menemukan obyek wisata ini, karena sebenarnya tujuan saya menelusuri daerah ini sekedar ingin menapak tilas Almarhum Mbah Mangli, tokoh kiai kharismatik yang di masa bocah sempat saya dengar cerita ”kesaktiannya” karena ia sosok ulama yang sangat alim dan tawadlu.
    Hutan Mangli secara administrasi pengelolaan hutan berada di bawah tanggung jawab RPH Pager Gunung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Ambarawa yang merupakan salah satu BKPH di wilayah KPH Kedu Utara. Meskipun aslinya termasuk hutan alam hujan tropis, akan tetapi vegetasi pepohonan utama yang ada di hutan Mangli adalah tanaman pinus. Konon sebagaimana gunung yang lain, termasuk Merapi, dulunya pemerintah Kolonialah yang membawa dan menanam benih pohon pinus hingga berkembang biak meluas hingga sekarang.
    Memasuki pelataran gapura, pengunjung akan disuguhi pemandangan hamparan hutan pinus yang menghijau di sepanjang lembah dan ngarai sungai yang mengalir tepat di pintu masuk gapura. Penjaga gardu masuk akan dengan ramah dan semanak menyambut kedatangan kita. Harga tiket masuk tergolong terjangkau bagi petualang alam, karena hanya dibandrol Rp. 5.000,00. Fasilitas parkir roda dua tersedia dengan sangat memadai, demikian dengan kamar mandi atau toilet.
    Beberapa titik petualangan yang dapat kita kunjungi di dalam hutan wisata ini adalah kretek bambu dengan aliran sungai dan beberapa curug rendah di bawahnya, kawasan bumi perkemahan, dan situs makam Kiai Syech Abdullah Fakil atau yang lebih dikenal sebagai Kiai Jaka Pekik. Melengkapi kesejukan desahan daun pinus, terdapat beberapa wahanan mainan anak yang telah ditambahkan seperti flying fox, ayunan, plorodan, hingga ban halang rintah. Tidak perlu khawatir tersesat, karena di beberapa titik terdapat papan peta dan petunjuk arah navigasi yang sangat jelas.
    Gapura merupakan titik awal petualangan. Memasuki gapura kita langsung menuruni undakan tanah hingga sampai di atas sebuah jembatan bambu yang membentang perkasa di atas sebuah sungai. Kemricik dan kejernihan bening air sungai mengundang setiap pengunjung untuk turun ke dasar sungai sekedar merendam kaki, ataupun cuci muka. Bahkan bila sampeyan berkenan dapat meminum langsung air suci yang pastinya masih sangat steril. Di sela-sela bebatuan yang tertebar di sepanjang sungai, terdapat beberapa curug yang menimbulkan bunyi gemericik nan asyik dari air yang turun dari celah batu gunung.
    Melintasi jembatan, kita dipandu menyusuri jalan setapak yang nampak sangat bersih namun sedikit licin karena ditumbuhi lumut hijau. Di sisi kiri jalan tersebut terdapat taman bermain anak yang bisa memanjakan anak atau adik-adik kita. Lurus ke depan sampailah pada sebuah pertigaan yang akan menawarkan pilihan bagi kita untuk terus lurus menuju bumi perkemahan atau ke arah kanan menuju makam Kiai Jaka Pekik.
    Bumi perkemahan Mangli terhampar luas di pelataran lembah yang terlindung sejuk di sela-sela batang pohon pinus yang tegak perkasa. Di sisi pelataran mengarah ke atas, dataran terasiring melingkar rapi bertingkat-tingkat yang sering digunakan para peserta kemah mendirikan tendanya. Kawasan perkemahan yang cukup luas ini dilengkapi dengan fasilitas MCK yang sangat terawat dan terjaga kebersihannya. Hal ini menjadikan bumi perkemahan ini sangat menarik untuk dijadikan base camp dalam petualangan menjelajahi kawasan hutan Mangli. Pada kesempatan kunjungan saya ke Mangli ini, nampak sedang diselenggarakan acara Green Camp 2012 oleh Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia dan Kelompok Pecinta Alam se-Indonesia selama 14-15 Januari 2012.
    Melengkapi petualan alam di tengah hutan pinus, kita juga disuguhi ”wisata mistik” dengan mengunjungi makam Kiai Jaka Pekik. Jalan setapak di sela gerumbulan perdu akan mengantar pengunjung ke sebuah  celah jurang yang semakin menanjak. Meskipun jalan menanjak, namun dingin hawa kesejukan dan semilir angin tidak akan menjadikan kita cepat lelah. Ketakjuban kita akan ciptaan Yang Maha Karya akan ditambah dengan sentuhan gemericik air yang banyak muncul di beberapa titik mata air. Bahkan ada mata air yang sengaja dipasang pancuran untuk sekedar kita mampir ngombe atau kekecehan. Situs makam Kiai Jaka Pekik memang sebuah misteriusme tersendiri bagi pengunjung. Kurang jelas di titik manakah keberadaan pesarean tersebut, karena hingga mendaki di ketinggian lereng saya tidak dapat menemukan sekedar batu nisan atau pertanda sebuah tanah makam.
    Sampeyan belum pernah ke Hutan Wisata Mangli? Monggo pinarak dan selamat menikmati kesejatian alam yang masih sangat alamiah.

    0 komentar:

    Posting Komentar

    (c) Copyright 2010 sosial-budaya. Blogger template by Bloggermint