Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Masih Ada : Mengenal Kearifan Lokal Sosial Budaya Muntilan

  • Sabtu, 21 April 2012
  • ygw-gila
  • Masih Ada : Mengenal Kearifan Lokal Sosial Budaya Muntilan

    Kebudayaan yang selalu mencoba untuk bertahan secara relevan mengikuti perjalanan jaman. Pada hakikatnya, kebudayaan yang hidup dan melekat pada jiwa suatu bangsa, sudah layak dan sepantasnya menjadi sebuah kebanggan yang dirasakan dan dimiliki bersama oleh seluruh insan yang bernaung di dalam bangsa itu sendiri. Budaya hadir sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan bersama serta sebagai sesuatu yang mepersatukan.
    Menurut pandangan saya, kearifan lokal merupakan nilai-nilai kehidupan yang tumbuh dan berkembang di suatu masyarakat. Dalam kehidupan sosial budaya, kearifan lokal hadir untuk membangun rasa kerinduan akan kehidupan tempo dulu yang kemurnian budaya dan kejayaannya untuk bertahan terasa ‘sulit’ diwujudkan dijaman sekarang ini. Kita tak bisa mengelak bahwa sedikit banyak, kita belajar dari kehidupan dahulu yang sering kita sebut sebagai sejarah. Dengan mengetahui sejarah, sudah sepatutnya kita belajar dari masa-masa keemasan dimana budaya masih kental melekat di hati setiap komponen di negeri ini.
    Dalam hal ini, kearifan lokal memegang peran penting untuk menjembatani pola pikir kehidupan masa lalu dengan masa sekarang dalam rangka mencetak kader pemimpin bangsa yang mencintai bangsanya sepenuh hati dan bersedia berjuang sehidup semati untuk Indonesia. Dengan kata lain, kearifan lokal merupakan landasan dasar suatu bangsa untuk menemukan jati diri dan identitasnya secara mandiri.
    Namun, waktu yang terus bergulir bersama perkembangan jaman seakan menenggelamkan apa yang sudah dipertahankan selama ini : kehidupan sosial budaya. Budaya barat dan berbagai pembangunan di segala bidang yang berkembang sedemikian pesatnya seolah menjadi raksasa ‘penyedot’ kebudayaan lokal beserta kehidupan sosial yang berkembang didalamnya. Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dengan kebudayaan daerahnya masing-masing yang dipersatukan dalam Budaya Nusantara. Keindahan kebudayaan Indonesia yang beragam itu disambut dan dihargai dengan sempurna di mata dunia. Namun, agaknya, di negeri sendiri, budaya-budaya sempurna itu lambat laun luntur dimakan sang waktu. Kita sering melupakannya! Kita baru bergerak cepat dan menggungat liar saat budaya kita diambil oleh negara lain karena keindahannya. Apakah hal ini yang patut bangsa kita munculkan untuk disajikan ke permukaan dunia??
    Kehidupan sosial budaya bangsa memang tengah mengundang air mata, namun, perlu saya katakan kepada dunia, bahwa kekuatan sebuah kehidupan sosial budaya secara utuh masih ada dan tetap dipertahankan di daerah dimana saya berasal : Kota Muntilan, Jawa Tengah. Di Muntilan ini, saya masih secara utuh melihat batang hidung kebudayaan masih ada terlukiskan melalui kesenian serta kehidupan sosial warga Muntilan sendiri. Tari-tarian Jawa yang berkembang di sini : Tari Jathilan dan Topeng Ireng masih bernyawa dan diberi penghargaan sangat baik oleh warganya. Di tempat saya tinggal sekarang di Desa Pepe, Muntilan, terdapat kelompok kesenian tari Jawa yang tergabung dalam Sanggar ‘Krida Anom Bhakti’ yang beranggotakan para pemuda dan pemudi Desa Pepe sendiri. Pentas-pentas tari Jawa ini ditampilkan secara rutin setiap perayaan Kemerdekaan RI (17 Agustusan), Perayaan Lebaran dan Natalan bersama yang diikuti oleh seluruh warga Desa Pepe tanpa memandang kepercayaan atau pun suku yang berbeda.
    Selain kesenian, kearifan lokal yang lain nampak dalam kehidupan warga masyarakat dalam kemajemukan warga masyarakat Muntilan Kehidupan di Kota Muntilan ini begitu akur, rukun dan damai. Hal ini nampak pada saat diadakan doa bersama memperingati 40 hari meninggalnya Gus Dur yang diadakan di Klenteng Hok An Kiong Muntilan pada bulan Januari 2010 yang lalu dengan diikuti oleh setiap perwakilan dari kelima kepercayaan yang ada yaitu: Agama Buddha, Katholik, Kristen, Khonghucu, dan Islam. Modernisasi dan kebudayaan barat yang masuk serta berbagai macam pembangunan di berbagai bidang, memang menantang warga Muntilan untuk secara selektif memilah dan memilih. Namun, kehidupan sosial budaya tetap digenggam dan dipertahankan, tanpa takut termakan waktu. Contoh kearifan lokal di kota Muntilan ini terwujud oleh peran serta masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkannya. Saya berharap, contoh ini dapat diwujudkan dan berimbas kepada seluruh komponen Bangsa Indonesia dalam mengembangkan budaya atas dasar Kearifan Lokal.
    Tulisan ini merupakan hasil karya dari Elizabeth Irene Hartanto, siswi SMA PL Van Lith Muntilan yang berhasil meraih Juara III Lomba Menulis untuk Pelajar se-eks Karesidenan Kedu.

    0 komentar:

    Posting Komentar

    (c) Copyright 2010 sosial-budaya. Blogger template by Bloggermint